Pernahkah anda mendengarkan adzan seperti demikian ?
Sewaktu mengikuti lokakarya karawitan untuk musik gereja beberapa waktu yang lalu audio tersebut sempat diperdengarkan di tengah seminar untuk menunjukkan bagaimana laras slendro yang sesungguhnya.
Selama ini nada pentatonis yang dikenal oleh khalayak sebagai tangga nada jawa hanyalah yang laras pelog (mi-fa-sol-si-do), padahal tangga nada jawa yang asli (menurut informasi) adalah laras slendro.
Untuk mempermudah belajar, mari kita lihat bagaimana notasinya jika dikonversikan ke solmisasi.
Setelah browsing-browsing lebih lanjut di Youtube mengenai laras slendro, ditemukanlah tembang Asmaradana dengan laras Slendro Barang Miring seperti di bawah :
Setelah didengarkan ternyata berbeda dengan tangga nada slendro di atas. Kita coba cari konversi solmisasinya, dan didapatkan demikian :
Didengar-dengarkan lagi ternyata banyak lagu yang menggunakan laras slendro barang miring tersebut, misalnya : lagu-lagu Sujiwo Tejo (Pada Suatu Ketika, Ingsun, dll), langgam Pamit, dan banyak yang lainnya. Ternyata (lagi) tangga nada untuk tembang-tembang Sunda kebanyakan menggunakan tangga nada ini (apa hampir semua lagu ya, termasuk tangga nada diatonis minor).
Ada satu bawa (pembuka gending) Anoman Obong ternyata adalah sekar Asmaradana dengan laras slendro barang miring ini. Demikian liriknya :
Caritane wayang Jawi
Ing praja Ngalengka draja
Rahwana raja arane
Gawe geger, nyolong Sinta
Anoman cancut tumandhang
Ngalengka wis dadi awu
Kobong gedhe, jroning praja
Berikut contoh lain sekar – sekar Asmaradana diambil dari Wikipedia :
Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitané
Luput pisan kena pisan
Lamun gampang luwih gampang
Lamun angèl, angèl kalangkung
Tan kena tinumbas arta
Aja turu soré kaki
Ana Déwa nganglang jagad
Nyangking bokor kencanané
Isine donga tetulak
Sandhang kelawan pangan
Yaiku bagéyanipun
wong welek sabar narima
Selamat Belajar.
Mari kita melestarikan budaya.