Beberapa hari yang lalu civitas academica Telkom University (dulu kampus kami namanya masih STT Telkom) di Dayeuhkolot dikejutkan dengan peristiwa mahasiswa yang bunuh diri (lagi).
Berita lengkapnya di sini.
Bahkan beredar pula catatan terakhir mahasiswa tersebut di laptop sebelum meregang nyawa, menyatakan penyesalannya dan ucapan selamat tinggalnya kepada keluarganya.
Kira-kira, mengapa ya sering kita lihat orang bunuh diri. Bahkan idola saya, Chester Bennington pun, meninggal dengan cara bunuh diri.
Kita sebagai orang luar mungkin hanya bisa mengira-ngira apa alasan mereka melakukan hal tersebut. Banyak perspektif bisa kita lihat dari hal tersebut: agama, psikologi, dan lain sebagainya. Tapi sesungguhnya tetap dalam hati pelaku lah yang mengetahuinya, apa saja yang telah mereka lalui, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka pikirkan.
So, apa yang bisa kita ambil hari hal tersebut. Mari kita renungkan lagi apa motivasi kita untuk hidup, apa yang bisa membuat kita terus bertahan hidup, meskipun mungkin terpaan dan beban hidup yang diterima ada kalanya tidak jauh berbeda.
Bagi saya (mungkin sedikit banyak ada pengaruh religius spiritual), hidup adalah anugerah sehingga mau tidak mau tidak boleh disia-siakan. Maka segala hal yang kita lakukan hanyalah berorientasi pada Yang Maha Kuasa, meskipun pada praktiknya tetap saja ada kejatuhan-kejatuhan. Penghiburan tiada henti tetap diperlukan oleh manusia, baik dari orang sekitar maupun dari Yang Maha Melihat (kadang kita sering merasa hidup sendiri bukan?).
Jadi motivasi apa yang bisa kita pegang untuk melanjutkan hidup?