Menjadi orang tua memang menjadi babak awal dari suatu kehidupan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Bagaimana tidak, hadirnya orang yang sama sekali baru dan menjadi tanggung jawab kita dan ia/mereka akan bersama kita untuk beberapa puluh tahun ke depan.
Yah, memang nantinya akan terbiasa, tetapi untuk menjadi terbiasa itu pun membutuhkan proses yang tidak mudah.
Istri saya pernah melontarkan kalimat bahwa memiliki anak sebenarnya adalah ujian kesabaran bagi kita yang menjadi orang tuanya. Betapa kerepotan-kerepotan yang diakibatkan oleh hadirnya si kecil merubah banyak hal, baik secara fisik mau pun mental. Perspektif kita akan dunia pun sedikit banyak berubah, terutama jika keluarga adalah prioritas utama kita. Pun kerepotan-kerepotan tersebut juga dibarengi dengan kebahagiaan tersendiri.
Tanggung jawab. Adalah suatu kata yang akan sering diperdengarkan dan seolah-olah maknanya menjadi meraksasa, tidak cukup sekedar membesar. Tanggung jawab akan diri kita sendiri, akan keluarga, akan masyarakat, dan kemudian ditambah dengan tanggung jawab akan anak-anak. Mendidik dari nol. Benar-benar 0.
Akan tetapi pada akhirnya kita menyadari bahwa itu adalah konsekuensi logis dari komitmen untuk berkeluarga. Beberapa pandangan menyatakan bahwa semakin banyak anak akan semakin banyak rezeki, atau masing-masing anak membawa / mendatangkan rezekinya sendiri. Tidak dapat disalahkan memang, akan tetapi kita butuh untuk percaya bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita, terlebih dengan titipan-Nya yang luar biasa.
Benar, anak kecil memang dilahirkan dengan luar biasa. Membawa kita untuk menyadari betapa agungnya Sang Pencipta. Kita akan menemukan celotehan-celotehan yang tidak akan kita duga akan terlontar dari anak-anak kita. Celotehan yang lugu tapi cerdas, di suatu sisi karena ketidak tahuan tapi juga menunjukkan kelogisan pemikirannya.
Sekali lagi, mejadi orang tua adalah petualangan tersendiri di mana sekali kita melangkah dalam petualangan ini, no point of turning back.