Dolan ke mBali

Bermula dari keinginanku dan dek Agro (sedulurku) sejak 2 taun yang lalu untuk dolan ke Bali, walaupun menggembel. Barulah ada waktu yang tepat dan longgar untuk melaksanakan rencana tersebut waktu liburan UAS Januari 2010 kemaren, tepat ketika dek Agro sedang melaksanakan praktek di Jember dan aku punya waktu kosong untuk liburan 3 minggu. Kebetulan sekali ternyata ada teman yang lain yang berencana untuk backpacking ke Bali juga. Dipersiapkanlah segala sesuatunya termasuk mencari informasi, perencanaan dan mencari kawan yang lain untuk ikut perjalanan ini.
26 Januari 2010 pun diputuskan menjadi tanggal berangkat dari rumah masing-masing. Pukul 08.30 kereta SriTanjung yang menuju Banyuwangi dijadwalkan berangkat dari stasiun Purwosari, Solo.Β  Aku, Aulia Afifhuda dan Rifki Arif Darmawan janjian ketemu di Purwosari untuk berangkat bersama, sementara Arief Kharisma F dan temannya (Sandy, dimana aku baru kenal saat itu πŸ˜€ ) berangkat dari stasiun Klaten, pemberhentian sebelumnya. Jadilah seharian penuh dihabiskan dengan perjalanan dalam kereta itu. Sekitar pukul 23.00 akhirnya kereta sampai di Stasiun Banyuwangi Baru, Ketapang, Banyuwangi. Di sana sudah menunggu sedulurku, Agro Forestriawan yang sudah 2 hari sebelumnya menunggu di Banyuwangi.
Fee :
Bis dari rumah ke stasiun : Rp 3000
Kreta Solo-BanyuwangiΒ Β Β  : Rp 35000
Makan di kereta : -sesuai kebutuhan-

Dari stasiun, kami berjalan ke pelabuhan Ketapang yang berjarak cukup dekat (sekitar 500m).Β  Yang lumayan susah adalah bagaimana setelah menyeberang ke pulau Bali biar sampai ke Denpasar. Beruntung saat itu ada yang menawari bus untuk mengantar dari pelabuhan (entah itu calo atau tidak, yang penting ada kendaraan). Setelah tawar menawar disepakati harga tertentu untuk diantar sampai Terminal Ubung, Denpasar. Karena harga bis terhitung mulai dari pelabuhan Gilimanuk, Bali maka sesampai di Gilimanuk, kami harus melewati pos pemeriksaan KTP. Usut punya usut, bus tersebut merupakan bus yang akan menjemput penumpangnya di Bali, jadilah saat itu satu bus kosong untuk kami berenam πŸ˜€ .Β  Paginya sampailah kami di Terminal Ubung, Denpasar, Bali, Indonesia.
Fee :
Penyeberangan kapal Ferry : Rp 5700
Bus Gilimanuk – Ubung : Rp 30000

tiket ferry

Sesampainya di terminal Ubung, dimulailah cerita-cerita unik anak-anak tersesat di negara orang. Ketika ditanya orang-orang terminal “Mau kemana mas ?”, dijawablah dengan entengnya “Nggak tau mau kemana.” Singkat cerita ada sopir angkot yang dikenalin sama sopir taksi sebagai temennya yang nawain mau nganterin ke daerah Kuta sekaligus nyariin penginepan buat kami. Setelah tawar menawar, disepakati harga tertentu untuk dianter ke penginepan dimana bisa dapet Rp50000/malem (katanya). Karena tertarik dengan penawaran itu, berangkatlah kami dengan diantar angkot tersebut. Sesampai di daerah Kuta, sekitar Poppies Lane II, diantarlah kami ke salah satu penginepan, setelah terjadi perbincangan dan tawar menawar didapatlah sekitar RP 100000/malam dan TIDAK ADA yang bisa memberikan sampai RP50000/malam. Prettt!!! Jadilah saat itu kami cukupkan kerjasama dengan sopir angkot tersebut. Pelajaran moral pertama sesampai di Bali adalah : “Jangan mudah percaya dengan orang yang baru pertama dikenal“. Dimulailah perjalanan menggembel yang sebenarnya dari daerah penginapan tersebut ke pantai Kuta yang tidak begitu jauh dari situ dengan tampang kucel dan perut lumayan lapar (NB seharian belum mandi sejak berangkat dari stasiun)
Fee:
angkot Ubung-Kuta : Rp 20000

Rencana kami semula sebenarnya sesampai di Denpasar hendak menyewa sepeda motor sebagai sarana transportasi biar bisa kemana aja dan masalah penginapan bisa tidur dimana saja (pom bensin, kantor polisi, atau di lepas pantai). Namun berdasarkan informasi-informasi yang beredar, bahwa untuk bisa menyewa sepeda motor, harus ada alamat jelas di Bali yang bisa dipercaya, atau mudahnya harus menyewa kamar penginapan dimana sang empunya penginapan menyewakan kendaraan juga atau mencarikan persewaan kendaraan terdekat. Maka istirahat sejenak lah kami di pantai Kuta untuk mencari solusi lebih lanjut dengan menghubungi kawan-kawan yang ada πŸ˜€ .Β  Beruntung ada kawan kami yang sedang mengerjakan proyek di Bali yang bersedia menampung kami malam harinya (tentu saja, siang harinya kan kerja). Di bawah ini teman-teman yang sedang istirahat di Kuta, objek wisata pertama yang dituju di Bali.
kuta-1
Setelah didiskusikan bersama, diputuskanlah untuk mencari lagi persewaan kendaraan (dengan semangat pantang menyerah walau panas menyengat). Dengan formasi, 2 orang tetap di pantai menunggui tas dan 4 orang berkeliling mencari-cari. Karena memang tidak ada lagi persewaan sepeda motor yang diharapkan. Eh, tiba-tiba ada bapak-bapak yang menawarkan jasa mengantarkan kemana saja dengan mobilnya. Mulanya beliau menawarkan 350ribu. Karena menurut kami terlalu mahal dan tidak ada rencana itu, maka kami pun berlalu, dan sambil berlalu bapak itu menurunkan harga menjadi 250ribu. Setelah berlalu cukup jauh, kami berempat berunding sejenak dan diputuskan lebih baik mengambil tawaran tersebut untuk diantar kemana saja seharian tampa perlu bayar bensin lagi, cukup bayar parkir di tempat wisata (kalo ada bayar parkir)
cari motor

Setelah deal dengan ‘sopir’ baru kami dan menjemput kedua teman kami yang ditinggal di Kuta, pergilah kami ke objek wisata yang pertama yaitu Nusa Dua. Daerah pantai yang sepertinya memang dikhususkan untuk turis berduit dimana tersedia berbagai mainan laut, seperti parasailing, banana boat, dll. Dan kami pun hanya main air, duduk-duduk dan poto-poto (hal yang wajib dilakukan orang dolan) πŸ˜€
nusadua

Walaupun hari panas menyengat, namun cukup menyenangkan di Nusadua, terlebih tidak dipungut biaya untuk parkir dan kamar kecil πŸ˜€ . Sepulang dari Nusadua, tentunya cari makan siang untuk mengisi perut yang sedari pagi belum keisi (cuma keisi prol tape waktu di terminal). Jatuhlah pilihan pada warung Soto Ayam Khas Surabaya di pinggir jalan. Cukuplah untuk mengisi perut dan sesuai dengan kantong mahasiswa πŸ˜€
Fee :
Soto : Rp 7000
Es Buah : Rp 3000

soto sby

Setelah kenyang mengisi perut, segeralah kami ke objek selanjutnya. GWK … GARUDA WISNU KENCANA. Namun setelah diberi tahu bahwa untuk masuk tiap orang musti bayar Rp15000, ga jadilah kami ke objek wisata tersebut. Cukup foto-foto di luarnya saja, sebagai bukti kalau pernah ke tempat itu πŸ˜€
GWK

Sudah cukup foto-foto, berangkat ke tujuan berikutnya. Dreamland Beach yang katanya bagus. Ternyata itu merupakan daerah resort yang ada lapangan golf dan sepertinya akan dibangun hotel – hotel mewah. Tepat di dekat pantai, ada sebuah hotel yang lumayan besar, diberi nama New Kuta Beach Hotel, sepertinya pantai Dreamland ini mau dijadikan New Kuta Beach. Saat itu panas begitu menyengat, ngenthang-ngenthang dan ombak cukup deras, namun pemandangannya cukup mengagumkan
dreamland

Setelah cukup dirasa (panasnya) di Dreamland, beranjaklah kami dari tempat itu dan pergi ke tujuan berikutnya, yaitu kosan temen kami, Jemmy yang katanya deket pantai Sanur. Sebelumnya kami ngomong ke bapak ‘sopir’ kami untuk mengantar kami keliling-keliling lagi keesokan harinya sampai pulang ke Terminal Ubung lagi.
Fee :
mobil hari 1 : Rp 50000

mobil

Saat itu, sore hari menjelang maghrib dan Jemmy belum pulang dari kerjanya, maka istirahatlah kami sementara di masjid terdekat. Setelah mendapat izin untuk mandi, mandilah kami bergantian sebelum sholat Maghrib. Malamnya kami mencari makan di daerah sekitarnya, tentunya dengan ditemani Jemmy. Makanlah kami di warung yang ternyata pemiliknya juga orang Jawa, sesuai dengan lidah kami πŸ˜€ .
Fee :
Makan malam : -sesuai kebutuhan-

Setelah malamnya cukup istirahat, maka paginya pamitlah kami pada Jemmy dan tidak lupa berterima kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah menampung orang-orang tersesat ini πŸ˜€ . Berdasarkan informasi, jarak antara kosan menuju pantai Sanur sekitar 1-3 Km, namun setelah dijalani sendiri, ternyata gak cuma segitu jaraknya 😦
jalan

Rencana awalnya sebenarnya tiba di pantai Sanur untuk menikmati sunrise, tapi apa daya ketika di jalan pun anak-anak sekolah sudah mulai memasuki kelas 😦 . Tibalah di pantai ketika matahari sepenggalah. Namun hal itu tidak membuat kami patah semangat, apalagi tak berapa lama datanglah anak-anak SMP yang berlibur datang ke pantai tersebut πŸ˜€ . Karena sudah waktunya untuk sarapan pagi, dibukalah bekal kami, yaitu dua bungkus energen (+segelas temulawak) yang dibagi rata untuk 6 orang, beruntung sebelum berangkat masih sempat mengisi air panas dari kosan Jemmy. Cukup lama kami menikmati suasana Sanur (+ foto-foto) karena janjian dengan ‘supir’ kami sekitar pukul 10.00WITA.
sanur1
sanur2

Setelah sekitar pukul 10.00WITA, sang TL (Tour Leader), Arief, menelepon ‘sopir’ untuk menjemput kami di perempatan terdekat. Karena sarapan hanya berupa minuman berenergi, maka kami makan (setengah) siang di warung tempat kami makan malam hari sebelumnya. Di sini ada kejadian cukup unik dimana kami membeli 3 botol besar air mineral dan belum dibayar ketiga-tiganya πŸ˜€ . Dari tempat itu, kami berlabuh ke tujuan berikutnya, yaitu pasar Sukowati.
Fee :
makan siang : -sesuai kebutuhan-
belanja : -sesuai kebutuhan-

skwti

Setelah cukup mencari oleh-oleh (yang secukupnya dan ala kadarnya), maka kami berangkat ke tujuan berikutnya, yaitu pantai Kuta untuk mendapatkan pemandangan sunset πŸ˜€ . Kami diturunkan di masjid terdekat dari Kuta untuk sholat terlebih dahulu, baru kemudian kami ke JOGER, tidak lengkap kalo ke Bali apalagi Kuta kalo tidak ke Joger, walaupun tidak belanja apapun, namanya juga menggembel. Ternyata kami bertemu lagi dengan rombongan anak SMP yang paginya kami temui di pantai Sanur. Di dalam counter toko Joger, benar-benar begitu sesak, sumpek dan berdesak-desakan orang yang mau belanja. Sekitar 2 jam kami harus stand by di Joger untuk menunggu teman yang mengantri untuk membayar belanjaan. Barulah kami berjalan kaki menuju pantai Kuta, yang sehari sebelumnya sudah kami kunjungi
joger
Tidak lupa kami mampir di Monumen yang memperingati Bom Bali di Jalan Legian, Kuta, Bali. Di sana ada lagi kejadian yang cukup menggelitik, saat dua orang cewek yang sedang foto-foto dan meminta untuk difotoing, langsung saja dek Agro nyempil di tengahnya untuk foto bareng :likethis:


Kami melanjutkan perjalanan (emang bener-bener jalan) ke pantai Kuta. Setelah duduk-duduk istirahat, ternyata ada kerumuman yang setelah kami datangi ada John Pantau yang sedang shooting di pantai Kuta. Photographer kami pun tergoda untuk menjepret John Pantau berkali-kali. Akhirnya, waktu matahari untuk terbenam sudah tiba, dan tiba-tiba pula sang kamera kehabisan baterei πŸ˜€ πŸ˜€ :D, gara-gara John Pantau dateng ke pantai, malah menghabiskan jatah foto sunset. Untung masih ada foto beberapa saat (detik) menjelang sang mentari menyelam ke dalam lautan.
kemplu

Setelah sang mentari sudah tak terlihat lagi, kami berkemas untuk meninggalkan pulau Dewata itu. Kami (sedikit) membersihkan badan di kamar kecil terdekat (yang tentu saja mbayar). Mobil kami sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke terminal Ubung. Baterai kamera SLR yang sudah habis tidak memungkinkan untuk foto-foto lagi (sebenarnya juga ada kamera pocket, tapi saat ini belum ngopy dari yang punya, apalagi foto dari camdig dek Agro malah ilang semua 😦 ). Harga sudah disepakati untuk menyewa mobil di hari kedua ini.
Fee :
Mobil hari 2 : Rp 50000

Sesampai di terminal, benar-benar ngeri ….. Belum turun dari mobil saja sudah diserbu oleh banyak orang, orang yang biasanya menawarkan jasa panggul. Bahkan beberapa tas kami langsung dibawa begitu saja, langsung saja dikejar oleh seorang dari kami. Susah untuk menceritakan keadaan saat itu. Setelah lepas dari saat-saat kritis, singkat cerita kami sudah di dalam terminal dan berbincang dengan pihak yang mengurusi tiket kami, mungkin malah tidak bisa dibilang tiket, bayangkan saja selembar kertas untuk tanda bukti naik kendaraan untuk kami berenam. Setelah tawar-menawar, terjadilah kesepakatan harga untuk mengantar kami sampai di Ketapang, artinya kami tidak usah membayar biaya penyeberangan per orang lagi.
Fee :
Bus Ubung-Ketapang : Rp 35000

Setelah penumpang bus penuh (setelah menunggu sekitar 2 jam lebih), bus pun berangkat ke pelabuhan Gilimanuk. Kami pun tertidur sendiri-sendiri (karena tidak mungkin satu kursi untuk berdua, apalagi untuk berenam). Aku terbangun ketika bus sudah naik di atas kapal. Kami pun berkemas dan turun dari bus untuk menikmati suasana di atas kapal, sambil mencari listrik untuk mencharge HP dan kamera.
Sekitar pukul 2.30WIB, kami turun dari kapal. Berdasarkan nasihat bapak-bapak di sekitar pelabuhan, lebih baik kami istirahat di pelabuhan saja daripada di stasiun, kabarnya di stasiun cukup rawan, karena kereta kami baru berangkat pukul 06.00.

turun kapal
Mematuhi nasihat bapak-bapak tersebut, kami yang kebetulan sedang kelaparan istirahat terlebih dahulu di pelabuhan. Kebetulan pula ada yang menjual nasi bungkus yang lumayan banyak isinya, ditambah dengan lauk yang kami bawa saat itu, ada telor asin dan abon menambah nikmatnya menikmati berkah dari Yang Kuasa. Kami makan pagi di situ dan istirahat menunggu pagi tiba.
Fee :
Makan : Rp 4000

makan
Ketika waktu subuh tiba, kami bangun dan menuju masjid terdekat untuk melaksanakan sholat. Setelah dirasa cukup membersihkan diri, kami segera bergegas ke stasiun Ketapang, untuk membeli tiket dan bersiap berangkat pulang.
Fee :
tiket kereta banyuwangi-Solo : Rp 35000


Seharian kami kembali menghabiskan waktu di dalam kereta. Ketika menjelang siang, kami sudah merasa lapar lagi. Kebetulan ketika kereta sudah berjalan, ada yang menawarkan pecel. Kami yang tertarik segera memesan dan membelinya. Dan ternyata .. oh .. ternyata, sayuran yang dipakai untuk membuat pecel memiliki bau dan bentuk yang aneh, dan usut punya usut, tumbuhan itu adalah sejenis rumput yaitu paku-pakuan. Tentu saja tidak kami makan, dan kami makan nasi beserta lauk seadanya saja 😦 .

Sekitar pukul 20.30 akhirnya kami sampai di stasiun Solo, dan kami pun berpisah sesuai dengan keadaan rumah kami masing-masing, stasiun mana yang terdekat dengan rumah kami …..
Kejadian lucu lagi yang aku alami adalah ketika menunggu bus dari Solo ke Sukoharjo. Aku dan dek Agro yang turun di Stasiun Jebres, menunggu bus jurusan Wonogiri yang pada jam – jam tersebut sudah jarang sekali bus yang lewat. Setelah menunggu beberapa saat, aku yang kebelet ke belakang (untuk ngetap oli πŸ˜€ ), pergi ke kamar kecil di pom bensin yang jaraknya dekat dari situ. Dan ketika keluar dari kamar kecil, lewatlah bis yang ditunggu-tunggu. Terpaksalah kami harus menunggu bus yang lewat berikutnya.
Yah, daripada menunggu tidak ada kerjaan, lebih baik kami sambil jalan kaki saja. Dari Jebres kami terus berjalan menyusuri jalan yang biasa bis jurusan Wonogiri lewati, dan ketika hampir sampai di daerah Pasar Kliwon (perempatan dekat GALABO ke selatan sedikit), kami mampir sebentar di sebuah warung dan bertanya kepada bapak pemilik warung, sekitar pukul 22.00, masih ada Bus ISMO yang lewat, hati kami cukup tenang, berarti masih ada bus yang akan mengangkut kami dan tidak jadi berjalan sampai ke Sukoharjo (sekitar 15km). Benar saja, tidak berapa lama, ada bus yang lewat dan kami pun bisa sampai di rumah dengan selamat.
^_^

3 thoughts on “Dolan ke mBali”

  1. ealah cah2,dolan neng bali…ra ngomong
    ngertio ngono nginep neng omahku,neng kuta…

    dari sakmono kuwi aku mung kenal rifki,adik e mas TW

Leave a reply to rinto Cancel reply