Serumpun Padi

Tengah malam seperti ini, tiba-tiba teringat lagu-lagu nasional dan mulai download sana sini. Menjadikan teringat sosok sang bapak yang sejak kecil mengajarkan lagu-lagu semacam itu.

Dan tiba-tiba pula teringat jaman SD itu, saat kira-kira kelas 5 SD dan diriku diikutkan untuk ikut lomba nyanyi se-Sukoharjo. Ya, lomba nyanyi, walaupun sebenarnya tidak ada rasa percaya diri dan di babak penyisihan pun sudah tahu bagaimana hasilnya melihat peserta lainnya yang jauh lebih matang teknik menyanyi-nya. Yah, hitung-hitung buat pengalaman saja lah.

Tidak penting mengenai cerita lombanya. Mau bagaimana lagi, bersaing dengan 200 anak se-Sukoharjo di gedung Budi Sasono ya cuma untung dapet keramaian aja, tapi yang membuat saya teringat akan momen itu adalah lagunya. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu Serumpun padi karya R. Maladi. Partiturnya seperti ini :
serumpun padi

Dan ingatan saya pun lagi-lagi tertuju pada om saya yang juga menemani saya ketika itu, Beliau sudah dipanggil Tuhan beberapa tahun yang lalu. Sebelum saya naik ke panggung, beliau melontarkan candaan yang masih saya ingat sampai sekarang. “jangan sampai salah menyanyikan baris terakhir `Sarapan Ibu Pertiwi`”, kata beliau. Dari situ saya melihat bagaimana peran keluarga bagi kita, terutama bagi anak-anak. Juga ibu saya yang senantiasa menemani saya walaupun saya tahu bagimana capeknya beliau. 🙂

Yang ingin saya soroti lagi adalah, tentang lagunya. Coba kita perhatikan bagaimana dengan kontes menyanyi anak jaman sekarang. Anak berumur 5 tahun pun sudah hafal lagu picisan cinta-cintaan dengan lirik yang begitu begitu saja, bahkan sampai di televisi nasional pun untuk kontes menyanyi anak-anak yang dilombakan bukan lagu anak-anak atau lagu yang sesuai dengan perkembangan anak-anak.
Sungguh memprihatinkan, jika dibandingkan dengan 7 – 10 tahunan yang lalu, ketika saya masih anak-anak (tepatnya ketika masih SD menjelang SMP), lebih sering saya mengikuti bapak yang mendampingi anak didiknya di sekolahnya yang maju mengikuti lomba musik (ensambel musik atau menyanyi). Yah, dan sudah pasti lagu yang dilombakan adalah lagu dengan tema nasionalisme, lagu permainan anak-anak atau lagu-lagu daerah.
Bagaimanakah nasib generasi penerus kita nantinya, akankah perkembangan anak-anak nantinya akan dipengaruhi lirik-lirik lagu yang bertemakan cinta picisan yang menyebabkan mereka dewasa terlalu dini, bertemakan kekerasan yang menbentuk mental preman. Dunia lagu anak-anak belum lama ini kehilangan seorang pencipta lagu yang sudah sanget melegenda di Indonesia, Bp A.T. Mahmud. Semoga saja masih ada orang – orang yang peduli dengan masa depan generasi muda Indonesia dengan membentuk mental nasionalisme dan menjadi anak-anak sebagaimana mestinya melalui lagu.
Semoga saja serumpun padi yang tumbuh di sawah itu tidak diinjak-injak atau diberi pupuk terlalu banyak atau dimakan hama wereng, namun tetap tumbuh dan dapat dipanen pada waktunya demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Merdeka !!!

Leave a comment